M e n c a r i R e d h a I L a h i
Saturday, January 28, 2006

MENANGISLAH

Assalamu'alaikum...

hmmm...tidak mampu berbicara...terlampau banyak persoalan bermain di fikiran dan nikmat ketenangan juga hilang semenjak dua menjak ini...moga ini satu ujian ALLAH yg dapat dihadapi dengan bantuanNYA. semoga ini lebih mendekatkan diri ini kepadaMU ya ALLAH...

Menangislah






Kesempurnaan penciptaan manusia sebagai suatu kelebihan yang diberikan Allah, bukanlah menjadi alasan manusia untuk sombong dan berlaku angkuh di muka bumi. Tidak untuk menunjukkan bahwa ia lebih baik dari makhluk Allah lainnya. Kerana jika demikian, tentulah manusia tidak sedikitpun menampakkan perbezaannya dengan Iblis yang terkena murka Allah kerana merasa lebih baik dari manusia (Adam). Sungguh, jika manusia mau bertafakkur merenungi hakikat penciptaan dirinya dengan segala kesempurnaannya, tentulah tak ada manusia yang ingkar dan mempersekutukan Allah. Hanya saja, disinilah letak kebodohan manusia sehingga sering kali terlihat manusia-manusia yang berjalan dengan membusungkan dada.

Padahal, kalau saja manusia mau belajar dari setiap kejadian diatas muka bumi, tentulah tidak ada yang bodoh dengan menentang setiap perintah dan ketentuan-Nya. Seringkali manusia terlalu merasa hebat sehingga Allah pun memperlihatkan kepadanya bahwa segala kekuatan, kekuasaan, kelebihan, kehebatan yang dimiliki manusia itu bahkan tak terlihat sebesar atom (partikel terkecil) pun bila dibandingkan dengan apa yang dimiliki Allah yang Maha Besar. Meski seringkali pula Allah menunjukkan kepada manusia, bahawa segala rencana, kehendak manusia takkan pernah bisa terwujud tanpa gerakan tangan-Nya. Bahawa setiap keinginan manusia tidak selamanya sesuai dengan keinginan-Nya, dan bahwa tidak jarang pula Allah memberikan hikmah kepada manusia dari setiap kegagalan.

Jika sudah demikian, biasanya manusia akan menangis, semakin dekat ia dengan Allah maka biasanya makin mudah manusia menitiskan airmatanya. Makin merasa ia begitu bergantung kepada Sang Maha Mengatur, semakin sering matanya sembab berlinang air. Dan semakin ia tahu bahawa segala sesuatunya hanyalah kehendak Allah kejadiannya, genangan air di kelopak matanya pun takkan pernah ada habisnya.
Manusia hanya mampu berharap, berkeras, manusia hanya mampu berkeinginan, dan manusiapun hanya diberikan peluang untuk berencana. Jika kemudian ada harapan dan tujuan yang tercapai, ada keinginan yang terpenuhi dan ada rencana-rencana yang terealisasi, maka sesungguhnya Allah lah yang berkehendak atas semua itu. Hanya saja, sedikit manusia yang bersyukur dan mengingat bantuan-Nya dari semua yang telah diraihnya itu.

Namun jika kemudian segalanya terjadi diluar rencana, harapan, dan keinginan, kerana Allah berkehendak lain, barulah manusia mengingat-Nya. Manusia begitu menyedari bahwa dirinya tak mampu berbuat apa-apa jika Allah sudah berkehendak. Jika demikian, manusia biasanya menangis. Namun sekali lagi, ketika setelah menangis ada harapan dan keinginan yang terwujud, ia pun tertawa dan kembali lupa kepada Sang Pemberi harapan.

Maka janganlah hairan, jika kemudian Allah selalu berkehendak diluar rencana manusia karena manusia itu sendiri tak semakin dekat kepada-Nya. Dan kerana itu manusia sering menangis, melelehkan air matanya tatkala merasa dirinya hancur, matlamatnya gagal, harapannya tak terkabul, cita dan cintanya gagal, bahkan mereka boleh saja menangis sekeras-kerasnya apabila apa yang sudah diupayakan sekuat tenaga, seumur hidupnya, menemui kebuntuan.

Tak mengapa, menangislah !! Kenapa harus merasa cengeng saat kita menitiskan air mata? Bahkan sejak kecil lagi kita sudah terbiasa menangis. Saat kita masih bayi, menangis adalah cara terbaik untuk memberitahu bahawa kita lapar, haus atau sekedar minta digantikan lampin. Kita juga terbiasa menangis jika orang tua kita tidak membelikan mainan yang sangat kita inginkan. Menangis juga kita lakukan saat duit simpanan dalam tabung kita kurang dari kebiasaan. Dan masih banyak lagi airmata mengalir, saat gagal ujian mungkin, atau saat ditinggal orang tercinta. Sekarang, menangis mungkin juga cara terbaik untuk memberi tahu kepada Allah, bahwa kita begitu lemah dan akan sangat bergantung kepada-Nya.

Tak apa, menangislah !!! Kerana menangis adalah cara DIA untuk menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-NYA. Air mata itu mungkin saja diciptakan untuk menyadarkan manusia agar sentiasa mengingat Allah. Titik-titik air bening dari mata itu boleh jadi adalah teguran Allah terhadap riak kenistaan yang kerap mewarnai kehidupan ini.

Seperti Allah menurunkan hujan dari langit, untuk mengairi bumi dari kekeringan. Seperti itu juga tangis manusia, akan membasahi kekeringan hati dan melelehkan kerak kegersangan agar senantiasa menghadirkan kembali wajah Allah yang mengiringi setiap langkah ini selanjutnya.

Tak perlu sungkan, menangislah...mungkin airmata itu akan mampu meruntuhkan bongkah-bongkah keangkuhan dalam dada ini sehingga semakin menyedarkan kita bahawa hanya DIA yang berhak berlaku sombong. Mungkin juga air mata itu akan melelehkan pandangan mata ini dari menganggap remeh orang lain dan semakin menjernihkan kaca mata ini untuk lebih bisa melihat kemahabesaran dan kekuasaan-Nya. Atau mungkin airmata itu akan membersihkan debu-debu pengingkaran yang menyesaki kelopak mata kita sehingga seringkali kita lupa bersyukur atas setiap nikmat-Nya.

Biarlah airmata itu terus menits, bahkan dengan itu hati ini akan semakin basah dengan ketawadhu'an, qona'ah, juga menumbuhkan cinta terhadap sesama. Mungkin airmata itu akan semakin membanjiri setiap relung hati ini dengan kesadaran akan kembali kita kepada-Nya.

Biarlah kemudian, hari-hari selanjutnya penuh dengan airmata. Airmata ketakutan akan adzab Allah yang sangat pedih, sungguh, airmata yang demikian akan mampu menyelamatkan kita. Airmata yang terus mengalir tatkala menyaksikan bentuk-bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan, penindasan, dan kezaliman, sungguh, airmata inilah yang akan memberikan tenaga sedemikian dahsyat untuk kemudian membela dan mengangkat yang lemah. Airmata yang tak pernah berhenti saat kita semakin mendekatkan diri ini dalam do'a, lafaz-lafaz dzikrullah, dan dalam keheningan malam bersama-Nya, sungguh, insya Allah airmata inilah yang dapat membuat kita tersenyum di yaumil akhir kelak.

Menangislah di kala semua manusia membelakangimu dan menentangmu, kita masih ada ALLAH sebagai tempat kita mengadu.

La tahzan wahai balqis...hmmm...bersabar la ye wahai diri...

wallahu'alam...

[edited, email indon version]


"ToTaLLy BLanK selesai menaip @ 7:30 am"

(4) comments



Tuesday, January 24, 2006

1515

Assalamu'alaikum...



I'm looking forward to read this novel i.e. Novel 1515 by Faisal Tehrani...hmm..nak bace waktu cuti easter mcm tak sempat kot...banyak keje nak buat..kene cover banyak mende. oleh itu, kene tunggu balik mesia kot...hmm...dan kene beli sebab yang ada dalam simpanan adalah Advencer si Peniup Ney dan kombat 1511. Advencer si Peniup Ney is absolutely superb! I prefer ASPN dari kombat 1511. entah..sesuai ngan jiwa kot..hmm..Novel 1515 pun mcm best je dengar2nya. Novel macam ni la muda mudi kat mesia patut baca..ni bace novel cinta yg sangat2 tidak bervariasi jalan cite..jalan cite yang tak berkembang...boleh agak pun ending die...melalaikan muda mudi...pastu nak orang melayu maju??? how can that be? cuba kite perhatikan novel barat [put aside la mende2 yg kureng sket tu] they did some researches before they actually produce their books. penulis tu yg bukan lawyer pun boleh buat cite pasal lawyer yg bebetul real...personally, in my opinion rakyat malaysia tak ramai la yang boleh tulis macam nih...kalau ade pun seciput je dan encik faisal tehrani salah sorang daripadanya...kite kene buat sesuatu kalau betul nak orang melayu atau malaysia atau melayu islam maju...agree?

Tapi orang akan kata, "dah muda-mudi tak de budaya membaca...kite kene selesaikan masalah daripada akarnya...." [teringat pulak karangan zaman spm pmr dulu] hmmm...

Kalau sume orang berbalik kepada ajaran Islam dan hold strongly to the teaching, will this problem arise? Islam mewajibkan sume ummatnye menuntut ilmu..hatta ayat pertama yang turun pun ialah iqra' [bacalah] entah la...Kite sume jawab dalam exam dgn jawapan skema pemeriksa i.e. "Islam itu adalah cara hidup yg syumul bagi seluruh umat manusia"...teori tinggal teori? Di mana pelaksanaannya? Kenapa bile blaja pasal islam mesti jadi teori je...[tak kira la bab ibadah ke, akhlak ke, etc.] tak dapat dipraktikkan...ade kesilapan kat mana2? kat mana ye??? takkan nak salahkan hati gelap je? faktor2 yg menggelapkan hati ape pulak? mcm mane nak atasi faktor2 ini...ape cara nak bersihkan hati?

tanya dan tanya diri sendiri...korek dan korek diri sendiri...lastnya akan terungkai jua segala persoalan...it's just that kite tidak mahu berfikir dan tidak mahu bertanya pada orang yang lebih tahu...jgn kita berkiblatkan barat...the situation nowadays has worsen...takkan nak biar je?

sungguh entry kali ni banyak betul tanda soal ye...hehe...entah..tetibe semangat nak bertanda soal bebanyak...huhu...maaf la kalau terasa dan terdapat kekasaran bahasa...terimalah seadanya cara penulisan diri ini...maaf juga ending yg tergantung...sesungguhnya segala-gala yang ditulis adalah peringatan buat diri saye sendiri juga....

kesimpulan: Laman web Faisal Tehrani bagi peminat2 karya beliau...tak minat pun bace je la...huhu...[best tak kesimpulan??]

wallahu'alam...

p/s: i wonder bape banyak persoalan yg saye lontarkan..huhu..[malas nak kire]


"ToTaLLy BLanK selesai menaip @ 7:02 am"

(3) comments



Sunday, January 22, 2006

1427-TAHUN, KILOMETER ATAU KOMITMEN

Assalamu'alaikum...

bagi sesiapa yg tak dapat nak ikuti kuliah online oleh Ustaz hasrizal pukul 3.30 pagi UK atau 11.30 pagi Malaysia [macam ana nih yg tersilap ingat 11.30 pagi UK..huhu], boleh la download di link berikut:

http://kworldclub.multiply.com/music/item/1

kalau tak berjaya, try download kat sini plak [yg ni valid SEMINGGU je tau...so, cecepat]

http://s52.yousendit.com/d.aspx?id=12RBK2MMRCEXM1VOTXTRKQDUGT

kalau dah exceed seminggu dan yg link pertama tu tak dapat, sile email ana kalau nak file itu...

terima kasih encik muhammad shah sebab kasi ana recording ini...

wassalam...


"ToTaLLy BLanK selesai menaip @ 8:29 pm"

(0) comments



Friday, January 20, 2006

VIDEO TURN TO ISLAM

Assalamu'alaikum...

worth sharing this video with everybody...oleh itu, sy letak kat blog saye linknye...bukak tau video nih..series tak tipu mesti terasa sesuatu...kalau tak rase pape tuh...hmm...kene check balik la hati kite sume...pekaba iman sume..huhu...insap2 tgk video nih...tengok tau..jgn tak tengok...

http://video.google.com/videoplay?docid=-9184353144432289069&q=turntoislam

ni salah satu mende yg sy suke dan terkesan bile tgk dan dgr video nih...a comment by Yasmine, a texas woman who reverted to islam...which personally i totally agree with her. hmm...so, jgn la dibangga-banggakan sangat diri kite ni islam yg lahir sebagai islam...syukur tu ye...memang sangat2 perlu dan patut...tapi jgn complacent....byk yg kite tak tahu ttg agama Islam dan perlu kite pelajari...tah2 rukun islam ngan rukun iman pun tak lepas lagi tak?? huhu...isk3...

p/s: tu sy dgr dan taip..so ade yg words sy tak dapat tangkap..maaf..tapi tu la isi nye...

Narrator: She believes American converts can has a clearer view of islam than born muslims

Yasmine: I'm not claiming myself to be very good than born muslims but basically, because we are studying it for the first time ourselves and we're going straight to it and we are learning the truth of it and we're are able to know the truth from false more than sometimes born muslims. I think that we have the unique opportunity to help the people that born into the religion, to maybe encourage them to come back to the fundamentals of islam...

part yg last tu pun terharu jugak..huhu..kesimpulannye, tengok la..highly recommended...

wallahu'alam...


"ToTaLLy BLanK selesai menaip @ 9:51 pm"

(0) comments



Wednesday, January 18, 2006

DOA

Assalamu'alaikum...

Keutamaan Berdoa

"Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): "Sesungguhnya Aku (ALlah) sentiasa hampir (kepada mereka): Aku perkenankan permohonan oranng yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu."
--Surah Al-Baqarah: 186--

"Mohonlah kepada ALlah Taala dari keutamaanNya, maka sesungguhnya ALlah Taala itu suka apabila diminta dariNya. Adapun seutama-utama ibadat ialah menantikan waktu mendapat kelapangan."
--Diriwayatkan oleh Tarmizi--


kan ALlah sayang kat hamba2Nya tu...hmm...kite je tak reti appreciate...hmm...



Adab-adab Berdoa

Adab2 berdoa itu ada sepuluh, iaitu:

1) Hendaklah menantikan dan mencari-cari waktu2 yg mulia utk berdoa

2) Hendaklah jgn mensia-siakan dan mengambil peluang pada waktu2 yg dianggap mulia, spt di saat berkecamuknya barisan2 dlm medan peperangan sabilillah (mengagungkan agama ALlah Taala), sewaktu hujan lebat, sesudah menyelesaikan sembahyang fardu, antara azan dan iqamat dan juga ketika sedang sujud.

Pada hakikatnya keutamaan waktu itu bergantung kpd keutamaan deadaan dan sebab, spt waktu sahur adalah waktu yg amat hening bagi setiap hati manusia, penuh pula keikhlasan dan terhindar dari semua godaan dan gagguan. Demikian pula pada hari arafah dan hari Jumaat, sbb hari2 ini adalah waktu berkumpulnya seluruh umat, terpusatnya seluruh perhatian dan slaing tolong menolong utk menunjukkan hebatnya rahmat ALlah azza wa jalla pada saat2 itu.

3)Hendaklah seseorang yg berdoa itu menghadap kiblat sambil mengangkat kedua tangannya. Selanjutnya hendaklah mengusapkan kedua tangan itu di wajahnya setelah selesai berdoa. Diriwayatkan oleh Tarmizi Ibnu Abbas juga menjelaskan demikian:

"Rasulullah s.a.w. apabila berdoa, selalu mengumpulkan kedua tapak tangannya dan bahagian dalam dari kedua tapak tangan itu dihadapkan di arah wajahnya. Inilah keadaan tanggannya dan baginda s.a.w tidak pernah mengangkatkan pandangannya ke arah langit."

4) Hendaklah memperlahankan suaranya iaitu di antara berbisik dan jelas.

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan (dengan suara)perlahan-lahan."
--Surah Al-A'raaf:55--

5) Jangan memaksa-maksa diri utk bersajak (berpantun) dalam berdoa. Maka itu, yg lebih utama ialah tidak melampaui doa-doa yg sudah ada contohnya dari Nabi s.a.w atau para ulama, sebab kalau dgn doanya sendiri, maka mungkin ia akan berlebih-lebihan dlm susunan doanya, sehingga mungkin ia akan berdoa mengenai sesuatu yg tidak membawa kebaikan utk dirinya sendiri. Perlu dimaklumi bahawa tidak semua org dapat melakukan yg terbaik dalam menyusun doanya.

6) Hendaklah dalam berdoa itu disertai rasa rendah diri, khusyuk penuh harapan dan keinginan serta takut, sebagainam firman Allah dalam surah Al-A'raf ayat 55.

7) Mempunyai ketetapan hati dalam berdoa dan yakin bahawa permohonannya pasti akan dikabulkan. Oleh sebab itu, hendaklah ia mempunyai pengharapan yg besar bahawa doanya itu akan terkabul. Dalam hal ini Rasulullah s.a.w bersabda:

"Janganlah seseorang di antara kamu semua apabilal berdoa ia mengucapkan: "Ya ALlah! Ampunilah hambaMu, kalau Engkau kehendaki," atau "Ya ALlah! Belas kasihanilah hamba, kalau Engkau kehendaki." Hendaklah orang yg berdoa itu menetapkan permohonannya, sebab tiada sesuatu pun yg besar (sukar) bagi ALlah dalam pemberianNya."

--Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim---

"Berdoalah kpd Allah dan kamu semua mesti berkeyakinan ianya pasti akan dikabulkan. Ketahuilah bahawa Allah azza wa jalla itu tidak akan mengabulkan suatu permohonan dari hati yg lalai."

--Diriwayatkan oleh Tarmizi dan Hakim--


8) Hendaklah berdoa bersungguh-sungguh atau memohonlah kpdNya agar dikabulkan doa. Untuk itu sebaik-baiknya diulangi sehingga tiga kali dan janganlah meminta agar dilambatkan pengabulan doa itu.


9) Memulakan doa itu dengan mengucapkan zikir kepad Allah Taala terlebih dahulu dan jgn tergesa-gesa mengutarakan permohonanNya. Kemudian hendaklah membaca selawat atas Nabi s.a.w. dan menutup doanya dengan bacaan selawat ke atas Nabi s.a.w.

10) Adab batin dan inilah asas utk dikabulkan. Caranya ialah bertaubat, mengembalikan sesuatu yg berasal dari perbuatan zalim, menghentikan kezaliman yg dilakukan, benar-benar menghadapkan hati dan jiwa kepada ALlah azza wa jalla dan memusatkan perhatian dgn sepenuh hati. Semua ini akan dapat mengabulkan permohonannya itu..



get the full version dalam kitab BIMBINGAN MUKMIN, tulisan Imam Ghazali...ana tak larat nak taip...huhu..

oleh itu...hmm...koreksi diri...

wallahu'alam...


"ToTaLLy BLanK selesai menaip @ 8:33 am"

(0) comments



Thursday, January 12, 2006

STANLEY MILGRAM'S EXPERIMENT

Assalamu'alaikum...

hmm..hmm...sebenarnye sedang ketandusan idea dan memang tak boleh nak absorb reports ttg HIV/AIDS oleh UNAIDS, UNDP etc utk digunakan utk buat essay...huhu...sungguh2 memang tak leh concentrate...nak pinjam buku anatomy kat bilik fariha, die telah syahid. oleh itu, blog yg menjadi mangsa...[alasan sungguh la balqis]

Anyway, utk mengurangkan rasa bersalah dalam pengupdatan blog, berikut adalah a piece of experiment yg dipelajari sewaktu lecture Individual and Population: Social Behaviour. Memang bertekad dalam lecture theatre lagi nak cari pasal mende nih...sbb mcm menarik dan mcm nak tahu adekah ini sebab semua american soldiers dan soldiers yg sewaktu dengannye jadi sekejam-kejamnya dan hilang rasa perikemanusiaan bile attack saudara seislam kite di negara-negara di seluruh dunia...hmm...so, you judge it yourself...kalau nak cari lagi pasal experiment ini silakan...menarik lagi kalau blaja segala survey yg dilakukan oleh encik milgram ini....

Ada two parts..satu memang concentrating on Milgram's experiment. Lagi satu adalah mcm overview yg org buat kesimpulan berdasarkan experiment ini...

wallahu'alam...



"Obedience and Individual Responsibility"

[1] Theory of Obedience




Figure 1.0 Setting experiment ini (From The Milgram Experiment: A lesson in Depravity available at http://www.new-life.net/milgram.htm (Accessed 11/01/2006))





It is ironic that virtues of loyalty, discipline, and self-sacrifice that we value so highly in the individual are the very properties that create destructive organizational engines of war and bind men to malevolent systems of authority. The aftermath of the Holocaust and the events leading up to World War II, the world was stunned with the happenings in Nazi German and their acquired surrounding territories that came out during the Eichmann Trials. Eichmann, a high ranking official of the Nazi Party, was on trial for war crimes and crimes against humanity. The questions is, "Could it be that Eichmann, and his million accomplices in the Holocaust were just following orders? Could we call them all accomplices?" (Milgram, 1974)

Milgram answered the call to this problem by performing a series of studies on obedience to authority. Typically, two individuals show up for a study and are taken to a room where one is strapped in a chair to prevent movement and an electrode is placed on his arm. Next, the other person who is called the "teacher" is taken to an adjoining room where he is instructed to read a list of two word pairs and ask the "learner" to read them back. If the "learner" gets the answer correct, then they move on to the next word. If the answer is incorrect, the "teacher" is supposed to shock the "learner" starting at 15 volts and going up to 450 volts, in 15 volt increments. The "teacher" automatically is supposed to increase the shock each time the "learner" misses a word in the list. Although the "teachers" thought that they were administering shocks to the "learners", the "learners" were actually confederates who were never actually harmed.

The theory that only those on the sadistic fringe of society would submit to such cruelty is disclaimed. Findings show that, "two-thirds of this studies participants fall into the category of ‘obedient' subjects, and that they represent ordinary people drawn from the working, managerial, and professional classes". Ultimately 65% of all of the "teachers" punished the "learners" to the maximum 450 volts. (Milgram, 1974)

According to Milgram, every human has the dual capacity to function as an individual exercising his or her own moral judgement and the capacity to make their own moral decisions based on their personal character. What is still a mystery is this, what happens to the average person who is obedient to authority when it overrides their own moral judgement?

Milgram has noted reoccurring themes (as found in Obedience to Authority) in these specific incidents as well as others. People who are doing a job as instructed by an administrative figure are following the instructions of that administrative outlook and not the outlook of a moral code. The feelings of duty and personal emotion are clearly separated. Responsibility shifts in the mind of the subordinate from himself/herself to the authority figure. There is a well defined purpose behind the actions or goals of the authority, and the subordinate is depended upon to help and meet those goals. Milgram points out, "The results, as seen and felt in the laboratory, are to this author disturbing. They raise the possibility that human nature, or -more specifically-the kind of character produced in American society, cannot be counted on to insulate the citizens from brutality and inhumane treatment at the direction of malevolent authority."

Reference: Milgram available at http://www.muskingum.edu/~psych/psycweb/history/milgram.htm (Accessed 11/01/2006)



[2] To Become A Torturer



Obedience to authority is considered to be a virtue for the most part in our country. Few people think twice about the subject, and even fewer consider that such authority could be dangerous. Authority figures often have a great deal of power due to people's obedience, and if that authority is malevolent, considerable harm can and has been done. Studies done predominantly by Stanley Milgram and also by others have shown shown that ordinary people can be taught to become torturers and do the "unthinkable."


In order to see how ordinary people can obey authority to the extent of torture and cruelty, we need to understand why people are so obedient. In "The Education of a Torturer," Janice Gibson and Mika Haritos-Fatouros explain that Stanley Milgram came up with three factors that cause a person to decide to obey or disobey. The first factor is a person's family or school background. If a person has been strongly encouraged his or her family and school background to obey, he or she will be more obedient to authority. If, however, the opposite is true, he or she will be more likely to disobey. The second factor is called binding. The binding process is a series of experiences that "makes people feel comfortable when they obey" (355). Such factors can include rewards and punishment for obedience or disobedience. A third factor is strain. Strain is the appearance of bad feelings that come up when a person disobeys.


The last two factors, binding and strain, contribute quite a bit to the decision to obey or disobey. In combination with each other, if binding is greater than the strain of obedience, people will be very likely to obey. However, if strain is greater than the binding forces, people will most likely disobey. Obviously, if authority offers enough to bind the person in spite of the strain, that authority figure will be able to accomplish nearly anything he or she wants through those that obey him or her.


Gibson and Haritos-Fatouros sum up this idea by saying, "Training that increases binding and reduces strain can cause decent people to commit acts, often over long periods of time that otherwise would be unthinkable" (357). This statement is backed up by a study done by Molly Harrower, a University of Florida psychologist. She asked 15 Rorschach experts to examine inkblot tests from Adolf Eichman, Rudolf Hess, Hermann Goering and five other Nazi war criminals along with tests from eight Americans (Some of the Americans were considered psychologically normal, and others were not). These experts were unable to distinguish the Nazis' tests from the Americans' tests. This study shows that the Nazis weren't psychologically different from the average American.


Unlike the brainwashing evident in Nazi Germany, sometimes the binding forces can seem trivial, like a simple desire to please the authority figure. Stanley Milgram's study on authority and obedience backs this up. In the "Perils of Obedience" we learn about this experiment. In the study, the subjects were led to believe the purpose for the experiment was to study learning and memory, and then each one were placed in a room in front of a shock generator. Each person was then told that he or she was the teacher. The "teacher" then watched as the "learner", an actor, was led to a chair that strongly resembled a small electric chair and strapped into it. The teacher was then required by the experimenter to read word pairs to the learner. If the learner could not respond with the correct answer in a set period of time, the teacher would be told to administer increasing levels of shocks (from 15 to 450 volts and labeled from "slight shock" to "Severe Shock - Danger" with the two highest voltages rated 'XXX'). This experiment was designed so that the teacher would have to make a clear break away from the authority figure, the experimenter, in order to stop performing shocks.


In this case, the binding force was the desire to do a good job in the experiment and please the experimenter. The strain was the increasing intensity of protest from the learner. ("The Learner" went from a grunt to a scream to utter silence and, finally, complete apathy.) In the first experiment on 40 people, 25 fully obeyed the experimenter up to "shocking" the victim three times at 450 volts. In all of his experiments, Milgram found fully obedient subjects about 60% of the time or more.


For long term obedience, however, a simple desire to please the authority figure often isn't enough. Training that greatly increases binding is very strong in the military, especially in the elite branches. In "Obedience to Vietnam," Stanley Milgram sums up some of the basic elements of military training that are specifically designed to do this. First, the recruit is moved from the outside world to the inner world of the group. In the military, there are rewards like liberty and civilian clothes for obedience and punishments like court martials or the brig for disobedience. Training involves linking actions of a soldier to valued ideals. (For example "Killing commies is good because commies want to kill democracy and freedom.") This training also involves isolation from outside authorities that could lessen the authority within the military. The soldier is taught that disobedience within ranks can cause disintegration of the unit and even death of his or her buddies. Killing others is for a just cause, and often these targets are dehumanized through language (like "gooks" in Vietnam).


Often this conditioning causes the obedient person to shift responsibility for his actions onto the authority figure. Milgram calls this transference "the agentic stage" or the "the psychological condition of those who have surrendered autonomy and have become agents or extensions of the authority figure" ("Obedience in Vietnam" 256 ). This shift to the agentic stage was partially responsible for deaths of civilians and the use of Napalm in Vietnam, the removal of Native Americans from their land, the enslavement of Blacks and the concentration camps which once held the Japanese in America. When people do these things, they are taught it is right, just and patriotic to obey as well as dangerous and cowardly to disobey. Physical and psychological distance, as well as the language modifications that take place to dehumanize the victim(s), also help the obedient person to detach from the consequences of his or her actions. These things smooth the transition from normal behavior to the agentic stage by reducing strain.


But, this shift in behavior does not only take place in the military. In "The Education of a Torturer" we are introduced to an experiment conducted by Craig Haney, W. Curtis Banks and Phillip Zirdon on students. Several students were selected from a group of volunteers and assigned the part of prison guards. The remaining students were asked to play the part of prisoners. The "guards," acting under the authority of the experimenter, carried out their duties so well that they resorted to bullying, insults and cruel treatment of "prisoners." The study had to be cancelled when the "prisoners" started showing signs of depression, illness and apathy as a result. These people were students; in other words, they were ordinary people.


Experiments have shown that obedience to the point of torture, cruelty and "unthinkable" deeds is something the majority of people can be taught to do. We will all supposedly obey given the right conditioning. Milgram sums this up by saying, "It is ironic that the virtues of loyalty, discipline and self sacrifice that we value so highly in the individual are the very properties that create destructive organization engines of war and bind men to malevolent systems of authority" ("Obedience in Vietnam," 261-2). Perhaps it would be wise for us to think carefully about the implications of the experiments that have been done and to think twice if we find ourselves in a similar situation. Are we doing the "unthinkable" if we obey?

Reference: Overview of Milgram's Study available at http://thunder.prohosting.com/~tlennon/obedience.html (Accessed 11/01/2006)


"ToTaLLy BLanK selesai menaip @ 6:50 am"

(1) comments



Sunday, January 08, 2006

MOTHER

Assalamu'alaikum...

hmm...sedih2 dgr lagu ini...hmm..oleh itu, nak jadi anak yg baik, kene blaja rajin2...kene score exam...kene buat mak ayah hepi...kene ikut ckp mak...kene jadi anak soleh dan solehah...hmmm...oleh itu, selamat kembali ke alam persekolahan la ye..cuti nak abis dah nih...hmm..selamat kembali menghadapi realiti kehidupan la kat sume orang esp saye..hmm....

[klik play utk dgr...stopkan la dulu lagu adakah kau lupa tu]





Song: Mother (Arabic)
By: Sami Yusuf
Album: My Ummah


Blessed is your face
Blessed is your name
My beloved
Blessed is your smile
Which makes my soul want to fly
My beloved
All the nights
And all the times
That you cared for me
But I never realised it
And now it's too late
Forgive me

Now I'm alone filled with so much shame
For all the years I caused you pain
If only I could sleep in your arms again
Mother I'm lost without you

You were the sun that brightened my day
Now who's going to wipe my tears away
If only I knew what I know today
Mother I'm lost without you

Ummahu, ummahu, ya ummi
wa shawqahu ila luqyaki ya ummi
Ummuka, ummuka, ummuka ummuka
Qawlu rasulika
Fi qalbi, fi hulumi
Anti ma'i ya ummi
Mother... Mother... O my mother
How I long to see O mother
"Your mother, Your mother, Your mother"
Is the saying of your Prophet
In my heart, in my dreams
You are always with me mother

Ruhti wa taraktini
Ya nura 'aynayya
Ya unsa layli
Ruhti wa taraktini
Man siwaki yahdhununi
Man siwaki yasturuni
Man siwaki yahrusuni
'Afwaki ummi
Samihini...
You went and left me
O light of my eyes
O comfort of my nights
You went and left me
Who, other than you, will embrace me?
Who, other than you, will cover me?
Who, other than you, will guard over me?
Your pardon mother, forgive me



"ToTaLLy BLanK selesai menaip @ 4:25 am"

(0) comments



Friday, January 06, 2006

NUN DI SANA TERSERLAH KELIHATAN CAHAYANYA

Assalamu'alaikum...

Akhirnya, setelah sekian lama saye dok pk apekah yg boleh dishare pasal PUISI yg saye dan rerakan pegi hari tu, Alhamdulillah..jumpe jugak mende yg btol2 saye suke..yg lain suke jugak..cuma yg ni extra sket la..

Sajak nih ade dalam one of multimedia presentations waktu PUISI hari tu. Ana sangat suke la sajak nih..satu sebab isinya, dua sebab kemantapan bahasanya menyebabkan isi yg nak disampaikan terkesan di hati, tiga sebab background gambar yg ana suke jugak waktu tu dan ana tak dapat nak cari exactly the same mcm time PUISI hari tu..yg ana jumpe dekat2 dan sama konsep nye..empat sebab background music pun sangat sesuai dan membantu penyerapan sajak dan isi yg nak disampaikan oleh as-syahid syed qutb ini [instrumental]...



"Bukalah jendela hatimu merindui sinarnya...Nun di sana terserlah kelihatan cahayanya..."




SAUDARA
Pendukung kegelapan pasti hilang
Fajar baru di alam maya akan menjelang
Bukalah jendela hatimu merindui sinarnya
Nun di sana terserlah kelihatan cahayanya...

SAUDARA
Aku tidak jemu-jemu berjuang
Tidak bisa senjataku buang
Sekalipun gelita menekan jiwa
Ku penuh yakin fajar menjelang tiba

SAUDARA
Jangan menoleh ke belakang teruskan pergi
Jalanmu telah disembah darah suci
Jangan berpaling ke sini sana lagi
Jangan mengadah,selain ke langit tinggi
Kita bukan burung yang sayapnya patah
Bukan manusia hina,pantang menyerah kalah
Suara darah ke telingaku bergendang
Lantang mengarah,berjuang................berjuang!!!
Kan ku bela Allah dan agama
Maju terus yakin perjalananku ini
Hingga kemenangan menaungi seluruh manusia
Atau kembali bersemadi di pangkuan ilahi


---As-syahid Sayyid Qutb---



"ToTaLLy BLanK selesai menaip @ 8:51 am"

(0) comments



Sunday, January 01, 2006

TAHAJUD

Assalamu'alaikum...

Hhmmm.....sungguh banyak perkara di fikiran dan di hati yg nak dikatakan tentang hal ini...tapi...entah...semenjak dua menjak ni banyak pulak perkara yg saye tak dapat luahkan dengan kata-kata. Hanya mengharap orang memahami tanpa sepatah kata pun diluahkan...possible ke macam tu? Hmm...

Papehal pun, artikel ni diamik dari website orang seberang...wallahu'alam...





Allah SWT berfirman: "Bertahajudlah kamu pada sebagian malam hari sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS Al-Isra: 79).


Firman Allah ini merupakan salah satu dasar disyariatkannya shalat tahajud. Shalat tahajud sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan shalat tahajud menduduki posisi kedua setelah shalah wajib. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: "Shalat yang manakah yang paling utama setelah shalat wajib? Rasulullah SAW menjawab, shalat tahajud." (HR Muslim).

Tahajud itu sendiri artinya bangun dari tidur. Dengan demikian, shalat tahajud adalah shalat yang dikerjakan di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar. Shalat tahajud yang dilakukan di tengah malam, di saat kebanyakan manusia terlelap dalam tidurnya dan berbagai aktivitas hidup berhenti, serta suasana begitu hening, sunyi dan tenang, sangat menunjang konsentrasi seseorang yang akan ber-taqarrub kepada Allah.

Di samping kondisi eksternal ini, juga terdapat kondisi internal, yaitu sebuah ketenangan yang dirasakan oleh psikis manusia yang melakukan shalat tahajud.Ketenangan dan ketenteraman yang diperoleh oleh seseorang yang melakukan shalat tahajud, memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Sebab dalam shalat tahajud terdapat dimensi dzikrullah (mengingat Allah). Allah SWT berfirman: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. (QS Ar-Ra'd: 28). Dalam hal ini terdapat rumusan hukum sebab-akibat (kausalitas): Bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan tenteram, maka dekatlah dengan Dia Yang Mahatenang dan Mahatenteram, agar sifat-sifat itu mengimbas kepada kita.

Dengan demikian, shalat tahajud yang dikerjakan dengan ikhlas, mampu mengurangi beban kejiwaan yang sedang menyelimuti seseorang. Allah SWT berfirman: "Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari." (QS Al-Muzammil: 1-2). Kata berselimut dalam ayat di atas secara kontekstual dapat diartikan dengan orang yang sedang dirundung masalah, kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran, atau ketakutan karena menghadapi berbagai kemungkinan yang menimpanya. Sebab ayat ini turun setelah Rasulullah SAW mulai mendapati olok-olok dan ancaman dari kaum Quraisy. Untuk itu, shalat tahajud merupakan kebutuhan dalam menghadapi problem kehidupan. Rasulullah SAW bersabda: "Kalian harus mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelummu, jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, penebus dosa dan kejelekan, serta penangkal penyakit dari badan." (HR Tirmidzi).


(Muhammad Bajuri )


"ToTaLLy BLanK selesai menaip @ 2:40 am"

(1) comments



ABOUT ME



Peringatan buat diri sendiri:

61:2 O ye who believe! Why say ye that which ye do not?

61:3 Grievously odious is it in the sight of Allah that ye say that which ye do not


DOA

BICARA HATI SEORANG YANG BERGELAR WANITA

Segala puji bagi-Mu Tuhan.
Lantaran telah menjadikan aku seorang wanita...
Kiranya aku menjadi seorang isteri
Kurniakanlah padaku kekuatan
Menjadi tulang belakang seorang suami... seorang mujahid
Pengembang perjuangan di sayap kiri
Diadun dengan kelembutan
Menjadi teman sejati...
Sahabat setia penyejuk mata
Pembina semangat dan penguat jiwa
Seanggun peribadi Siti Khadijah
Ketenangan Baginda Rasulullah utusan Allah

Bebas jiwa dari belanggu keperempuanan
Yang memiliki sembilan nafsu
Merdeka dari kepentingan peribadi
Setulus Siti Fatimah yang sering ditinggalkan suaminya, Saidina Ali
Dihantar pemergiannya tanpa ditanya
Bilakah pulang?
Disambut kepulangannya dengan khidmat dan kemanisan
Bersulamkan kemesraan
Rumahtangga adalah syurga
Wadah suburnya cinta ketuhanan Ubudiyyah
Akal yang tunggal tidak dibiarkan
Hanya berlegar dicelahan periuk belanga
Disebalik lipatan lampin anak
Menjangkau kebangkitan Islam dialam sejagat
Menjadi pentadbir disebalik tabir !!!

Namun Ya Tuhan
Siapalah daku untuk memiliki
Watak wanita solehah pendamping Nabi
Dek berkaratnya mazmumah yang bersarang dihati
Maka kurniakanlah daku sekeping hati yang sentiasa Insaf
Hak seorang suami
Tidakkan mungkin kupenuhi
Biar telahku jilat nanahnya yang berlelehan
Biar telahku tadahkan wajahku
Buat mengesat debu ditelapak kakinya
Dan sememangnya aku mengimpikan
Watak seorang ibu
Yang bakal melahirkan
Putera-putera secekal Mus'ab bin Umar
Menggadai dunia demi kasih Tuhannya
Segigih Zubair Ibnu Awwaam
Yang diangkat Rasul sebagai hawarijnya
Hasil didikan seorang wanita bergelar ibu..
Jua memiliki puteri setabah Masyitah
Rela direbus demi mempertahankan iman
Atau sesuci Maryam seluruh hidupnya
Mengabdikan diri kepada Tuhan

Meskipun daku bukan ibunya
Yang memiliki peribadi semurni Siti Fatimah
Ibu Syeikh Abdul Kadir Jailani
Yang tiap titis darah mampu berzikir kehadrat Ilahi
Namun..
Mudah-mudahan zuriatku
Bakal menampilkan
Mujahid-mujahid yang rindu memburu syahid
Serikandi-serikandi yang mampu memakmurkan
Mukabumi Allah...
Dengan ketaqwaan.. kesolehan

Yang saling berkorban dan dikorbankan
Buat menyemarakkan
Islam diakhir zaman
Sebagaimana kisah seorang ibu
Yang telah kematian
Putera-puteranya dimedan jihad

"Mereka telah berbahagia sebagaimana aku bahagia
aduhai... kiranya aku punya seorang anak lagi
kurelakan dia turut gugur dijalan Ilahi"

Dan seandainya daku ditakdirkan kehilangan mereka
Setenang Ummu Faisal...
Yang tidak menjadikan kematian
Suami dan anak-anaknya
Halangan kecintaan pada-Mu Ya Ilahi...

Redhalah daku yang dhaif ini sebagai hamba-Mu
Inilah pengaduan harap dan munajat
Kiranya kekasih-Mu sendiri pernah menyatakan
"kulihat kebanyakan dari isi neraka itu adalah wanita..."






CALENDER



ARCHIVES

April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007




PREVIOUS POSTS

Asma ALlah by Sami Yusuf

Ethics

Jijik

Kembali ke Leeds

Sebuah Novel Drama

Moral yang merudum

AQ peringkat akhir musim kedua

Negaraku merdeka

Damai bertemu keluarga

Perfectionism





LINKS.

*Ustaz Hasrizal
*Harakahdaily
*Malaysia Today
*Ahas
*Faisal Tehrani


CREDITS

Designer: Kelli

Image: Made with adobe CS.2 by Kelli
Image hosted by : photobucket
.Brushes : aetherealityt



NASYID

Cinta Teragung - Mestica


MY COUNTER






TAG BOARD